Konsepsi mengenai kepemimpinan tidak bisa dilepaskan dari
kemampuan, kewibawaan, dan kekuasaan. Seorang
pemimpin, karena status dan tugas-tugasnya pasti mempunyai kekuasaan. Kekuasaan
merupakan kapasitas untuk mempengaruhi secara unilateral sikap dan perilaku
orang ke arah yang diinginkan (Gary Yukl,1996: 183).
sumber kekuasaan seorang pemimpin dapat berasal dari :
a. Kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain;
b. Sifat dan sikapnya yang unggul, sehingga mempunyai
kewibawaan terhadap pengikutnya;
c. Memiliki informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang
luas;
d. Memiliki kemahiran human
relation yang baik, kepandaian bergaul dan berkomunikasi.
Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan
tampaknya lebih merupakan konsep daripada pengalaman.banyaknya konsep
definisi kepemimpinan yang berbeda hamper sebanyak jumlah orang yang
telah berusaha untuk mendefinisikannya. Sekalipun demikian terdapat
banyak kesamaan diantara definisi tersebut yang memungkinkan adanya
skema klasifikasi secara kasar.
Kepemimpinan sebagai focus proses kelompok
Cooley
(1902) menyatakan bahwa pemimpin selalu merupakan inti dari tendensi
dan dilain pihak, seluruh gerakan social bila diuji secara teliti akan
terdiri atas pelbagai tendensi yang mempunyai inti tersebut.
Mumford (1906-1907) memandang bahwa kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau individu dalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala social.
Mumford (1906-1907) memandang bahwa kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau individu dalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala social.
Menurut
Bernard (1927) pemimoin dipengaruhi oleh kebutuhan dan harapan dari
para anggota kelompok. Pada gilirannya ia memusatkan perhatian dan
pelepasan energi anggota kelompok kearah yang diinginkan
Smith (1934) menguraikan berdasarkan cirri-ciri kepribadian pemimpin, yaitu bahwa kelompok social yang mencerminkan kesatuannya dalam aktivitas yang saling berhubungan selalu terdiri atas dua hal; pusat aktivitas dan individu yang bertindak sesuai pusat tersebut
Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan.
Smith (1934) menguraikan berdasarkan cirri-ciri kepribadian pemimpin, yaitu bahwa kelompok social yang mencerminkan kesatuannya dalam aktivitas yang saling berhubungan selalu terdiri atas dua hal; pusat aktivitas dan individu yang bertindak sesuai pusat tersebut
Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan.
Krech
dan Crutcfield (1984) memandang bahwa dengan kebaikan dari posisinya
yang khusus dalam kelompok ia berperan sebagai agen primer untuk
penentuan struktur kelompok,tujuan kelompok, dan aktivitas kelompok
Knickerbockers (1948) mengikuti alur pikiran yang nampaknya menempatkan dirinya dalam aliran teori pusat kelompok.
Knickerbockers (1948) mengikuti alur pikiran yang nampaknya menempatkan dirinya dalam aliran teori pusat kelompok.
Kepemimpinan sebagai suatu kepribadian dan akibatnya
Bowden
(1926) mempersamakan kepemimpinan dengan kekuatan kepribadian. Bingham (
1927) mendefinisikan pemimpin sebagai sebagai seorang individu yang
memiliki sifat-sifat kepribadian dan karakter yang diinginkan. Bernard
(1926) seorang individu yang lebih efisien dalam melontarkan rangsangan
psikososial terhadap orang lain dan secara efektif mensyaratkan respon
secara kolektif dapat disebut sebagai pemimpin. Tead (1929) melihat
kepemimpinan sebagai perpaduan dari berbagai sifat yang memungkinkan
individu mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan tugas tertentu.
Bogardus (1934) mendefinisikannya sebagai kepribadian yang tampil dalam
kondisi kelompok.
Teori kepribadian cenderung memandang kepemimpinan sebagai akibat pengaruh satu arah. Mengingat bahwa pemimpin mungkin memiliki kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan para pengikutnya, biasanya mereka (ahli teori kepribadian) lupa menyinggung karakteristik timbal balik dan interaktif dari situasi kepemimpinan.
Teori kepribadian cenderung memandang kepemimpinan sebagai akibat pengaruh satu arah. Mengingat bahwa pemimpin mungkin memiliki kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan para pengikutnya, biasanya mereka (ahli teori kepribadian) lupa menyinggung karakteristik timbal balik dan interaktif dari situasi kepemimpinan.
Kepemimpinan sebagai seni mempengaruhi orang lain
Munson
(1921) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan meng-handle orang
lain untuk memperoleh hasil maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan
kerja sama yang besar. Allport (1924) kepemimpina merupakan kontak
langsung atau tatap muka antara pemimpin dan pengikut yang merupakan
social control personal. Moore (1927) melaporkan hasil konferensi dimana
Stuart mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan yang memberi kesan
tentang keinginan pemimpin, sehingga dapat menimbulkan kepatuhan dan
rasa hormat. Philips (1939) kepemimpinan adalah pembebanan,
pemeliharaan, dan pengarahan dari kesatuan moral untuk mencapai tujuan
akhir. Allen (1958) memandang pemimpin sebagai seorang yang membimbing
dan mengarahkan orang lain,sedangkan Bennis (1959) mendefinisikan
kepemimpinan sebagai proses dimana seseorang mempengaruhi bawahan untuk
berperilaku sesuai dengan yang diharapkan.
Para
ahli teori pengaruh sukarela, mungkin lebih dari para ahli teori
kepribadian, cenderung memandang kepemimpinan sebagai suatu pemaksaan
atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung. Pengabdian para pengikut
dan kelompok ini ditentang oleh para ahli yang mencoba menghilangkan
definisi tentang kemungkinan adanya legitimasi mengenai konsepsi
kepemimpinan yang otoritas.
Kepemimpinan sebagai penggunaan pengaruh
Nash
(1929) menyatakan bahwa kepemimpinan secara tidak langsung menyatakan
adanya pengaruh yang mengubah tingkah laku orang. Tead (1935)
mendefinisikan sebagai aktifitas mempengaruhi orang untuk bekerjasama
dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan bersama. Stodgill
(1950) menyebutnya sebagai suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok
yang terorganisasi untuk pencapaian tujuan. Menurut Bass (1961) usaha
individu untuk mengubah tingkah laku orang lain dapat dikatakan
pemimpin.
Konsep pengaruh mengingatkan terdapatnya perbedaan tingkah laku individu yang mengakibatkan atau mempengaruhi aktivitas kelompok. Didalamnya terdapat hubungan timbal balik antara pemimpin dan pengikut akan tetapi tidak selalu harus dicirikan oleh adanya dominasi, control, dan pemaksaan pengaruh oleh pemimpin.
Konsep pengaruh mengingatkan terdapatnya perbedaan tingkah laku individu yang mengakibatkan atau mempengaruhi aktivitas kelompok. Didalamnya terdapat hubungan timbal balik antara pemimpin dan pengikut akan tetapi tidak selalu harus dicirikan oleh adanya dominasi, control, dan pemaksaan pengaruh oleh pemimpin.
Kepemimpinan sebagai tindakan dan tingkah laku
Menurut
Carter (1953), tingkah laku kepemimpinan menandakan adanya keahlian
tertentu, sehingga dapat dikatakan sebagai tingkah laku kepemimpinan.
Shartle (1956) mendefinisikan tingkah laku kepemimpinan sebagai tingkah
yang akan menghasilakan tindakan orang lain searah dengan keinginannya.
Hemphill (1949) menyatakan bahwa kepemimpinan dapat diartikan sebagai
tingkah laku seorang individu untuk mengarahkan kelompok. Fiedler (1967)
menawarkan definisi yang hampir sama sebagai berikut; tingkah laku
kepemimpinan dapat diartikan pemimpinan mengkoordinasikan kelompok.
Para ahli teori tingkah laku tertarik untuk membuat suatu definisi yang berdasarkan observasi, deskripsi, pengukuran, dan pengujian yang obyektif.
Para ahli teori tingkah laku tertarik untuk membuat suatu definisi yang berdasarkan observasi, deskripsi, pengukuran, dan pengujian yang obyektif.
Kepemimpinan sebagai bentuk persuasi
Schenk
(1928)menyatakan bahwa kepemimpinan adalah pengelolaan manusia melalui
persuasi dan inspirasi daripada melalui pemaksaan langsung. Cleeton dan
Mason (1934) kepemimpinan mengindikasikan adanya kemampuan mempengaruhi
manusia dan menghasilkan rasa aman melalui pendekatan secara emosional
daripada melalui penggunaan otoriter. Copeland (1942) berpendapat bahwa
kepemimpinan adalah seni berhubungan dengan orang lain,merupakan seni
mempengaruhi orang melalui persuasi dengan contoh konkrit.
epemimpinan sebagai hubungan kekuasaan
Kekuasaan
Kekuasaan dekat dengan kepemimpinan, seperti gula dan semut. Dimana ada gula pasti disitu ada semut. Kekuasaan merupakan sesuatu yang dinamis sesuai dengan kondisi yang berubah dan tindakan-tindakan para pengikut.
French
(1956) mendefinisikan kepemimpinan dalam kerangka pembedaan hubungan
kekuasaan antara anggota dan kelompok. Gerth dan Molls (1953)
kepemimpinan dipandang secara umum adalah hubungan antara pemimpin
dengan yang dipimpin dimana pemimpin lebih banyak mempengaruhi daripada
dipengaruhi karena sebagai suatu hubungan kekuasaan.
Kekuasaan dipandang sebagai suatu bentuk dari dari hubungan saling pengaruh-mempengaruhi. Dalam hal ini dapat diobservasi bahwa pemimpin cenderung untuk mentransformasikan leadership opportunity ke dalam hubungan yang terbuka.
Kekuasaan dipandang sebagai suatu bentuk dari dari hubungan saling pengaruh-mempengaruhi. Dalam hal ini dapat diobservasi bahwa pemimpin cenderung untuk mentransformasikan leadership opportunity ke dalam hubungan yang terbuka.
Kepemimpinan sebagai alat mencapai tujuan
Menurut
Cowley (1928)pemimpin adalah individu yang memiliki program/ rencana
dan bersama kelompok bergerak mencapai tujuan dengan cara yang pasti.
Knickerbocker (1948)berpendapat fungsional kepemimpinan adalah bila
pemimpin dipersepsi oleh para anggota kelompok sebagai pengendali dalam
pemuasan kebutuhan mereka. R. C. Davis (1942) memandang kepemimpinan
sebagai kekuatan dinamik yang merangsang motivasi dan koordinasi
organisasi dalam mencapai tujuan.
Definisi-definisi
tersebut memandang kepemimpinan yang mempunyai nilai instrumental.
Kepemimpinan disini menghasilkan peran-peran tertentu yang harus
dimainkan dan dapat mempersatukan kelomppok dalam rangka mencapai tujuan
bersama. Jadi, kepemimpinan disefinisikan sebagai suatu fungsi yang
sangat penting dalam suatu kelompok.
Kepemimpinan sebagai pembedaan peran
Salah
satu prestasi yang cukup menonjol dari sosiologi modern adalah
perkembangan dari teori peran. Setiap anggota suatu masyarakat menempati
status posisi tertentu, begitu pula halnya pada lembaga-lembaga dan
organisasi. Dalam setiap posisi, individu diharapkan memainkan peran
tertentu. Kepemimpinan dapat dipandang sebagai suatu aspek dalam
diferensiasi peran.
Kebanyakan penelitian tentang kemunculan dan diferensiasi peran banyak berkaitan dengan masalah kepemimpinan, seperti yang dinyatakan sherif (1956), bahwa kepemimpinan merupakan peranan didalam suatu skema hubungan dan ditentukan oleh harapan timbal balik antara pemimpin dan anggota. Jadi, teori dan penelitian yang menyinggung masalah bantuan konfirmasi dan struktur dari harapan merupakan juga masalah kepemimpinan.
Kebanyakan penelitian tentang kemunculan dan diferensiasi peran banyak berkaitan dengan masalah kepemimpinan, seperti yang dinyatakan sherif (1956), bahwa kepemimpinan merupakan peranan didalam suatu skema hubungan dan ditentukan oleh harapan timbal balik antara pemimpin dan anggota. Jadi, teori dan penelitian yang menyinggung masalah bantuan konfirmasi dan struktur dari harapan merupakan juga masalah kepemimpinan.
Kepemimpinan sebagai inisiasi struktur
Gouldner
menyatakan, bahwa terdapat perbedaan antara stimulus yang di timbulkan
oleh pengikut dan yang berasal dari pemimpin; hal ini merupakan
kemungkinan bagin pembentukan tingkah laku kelompok. Homans (1950),
mengidentifikasikan pemimpin kelompok sebagai anggota yang mengawali
suatu interaksi .[7]
Kelompok
penulis tersebut telah berusaha untuk mengidentifikasikan kepemimpinan
berkenaan dengan variable yang menumbulkan diferensiasi dan pemeliharaan
struktur peranan didalam kelompok. Dengan alasan demikian, definisi
yang muncul lebih bersifat teoritik daripada konkrit dan deskriptif.
Yang hendak dituju adalah mempertimbangkan proses dasar yang terlibat
dalam memunculkan peran kepemimpinan.
Gaya Kepemimpinan
Gaya
kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu
perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut
kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk
suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang
demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan
Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara
keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut
dikenal sebagai gaya kepemimpinan. Contoh : seperti gaya kepemimpinan soekarno yang berbeda dengan presiden -presiden lainnya sehingga beliau dapat diterima masyarakat dan di segani oleh penguasa dunia.
Kekuasaan
”Power
is not an institution, and not a structure; neither is it a certain
strength we are endwed with; it it the name that one attributes to a
complex strategical situation in a particular society” (Michel Foucault)
Hampir
semua orang membutuhkan kekuasaaan. Sekecil apapun, sadar atau tidak
sadar, kekuasaaan selalu dicari, diperebutkan. Dengan kekuasaan, orang
dapat memerintahkan kemauanya dan mengontrol kepatuhan orang lain.
Dengan kekuasaaan perubahan dapat diciptakan sehingga pemimpin dapat
mewujudkan visi dan obsesinya.
Kekuasaan dekat dengan kepemimpinan, seperti gula dan semut. Dimana ada gula pasti disitu ada semut. Kekuasaan merupakan sesuatu yang dinamis sesuai dengan kondisi yang berubah dan tindakan-tindakan para pengikut.
Keberhasilan seorang pemimpin dalam melaksanakan
fungsinya tidak hanya ditentukan oleh salah satu aspek semata-mata, melainkan
perpaduan antara sifat, perilaku, dan kekuasaan-pengaruh saling menentukan
sesuai dengan situasi yang mendukungnya. Kekuasaan-pengaruh mempunyai peranan
sebagai daya dorong bagi setiap pemimpin dalam mempengaruhi, menggerakkan, dan
mengubah perilaku yang dipimpinnya ke arah pencapaian tujuan organisasi.
more info here cheap sex toys,wolf dildo,sex chair,sex toys,realistic dildo,sex chair,dildos,dildo,sex chair Read Full Article
BalasHapus